Bolehkah melakukan puasa awal Dzulhijjah tetapi masih memiliki utang puasa Ramadan? Termasuk pula, apakah boleh melakukan puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah sedangkan masih memiliki utang puasa?
Para fuqoha berselisih pendapat dalam hukum melakukan puasa
sunnah sebelum melunasi qadha puasa Ramadhan.
Para ulama Hanafiyah membolehkan melakukan puasa sunnah sebelum
qadha puasa Ramadan. Mereka sama sekali tidak mengatakannya makruh. Alasan
mereka, qadha puasa tidak mesti dilakukan sesegera mungkin.
Sedangkan para ulama Malikiyah dan Syafi’iyah berpendapat
tentang bolehnya, tetapi disertai makruh jika seseorang mendahulukan puasa
sunnah dari qadha puasa, karena jika melakukan seperti ini berarti seseorang
mengakhirkan yang wajib (demi mengerjakan yang sunnah).
Namun, jika merujuk pada dalil, dalam mengqadha puasa Ramadan
waktunya amat longgar, yaitu sampai Ramadan berikutnya. Allah Ta’ala sendiri
memutlakkan qadha puasa dan tidak memerintahkan sesegera mungkin sebagaimana
dalam firman-Nya, “Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185).
Begitu pula dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha. Dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan, “Aku masih memiliki utang puasa Ramadan.
Aku tidaklah mampu mengqadhanya kecuali di bulan Syakban.” Yahya (salah satu
perawi hadis) mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk
mengurus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1950 dan Muslim
no. 1146).
Kesimpulannya, masih boleh berpuasa Arafah dan puasa sunnah di
awal Dzulhijjah meskipun memiliki utang puasa Ramadan. Asalkan yang punya utang
puasa tersebut bertekad untuk melunasinya.
Wallahu Ta’ala a’lam.